­

Truth Or Dare (Chapter 6)


Cast:
Yoona
Siwon
Sooyoung
Dan pemain lain sesuai jalan cerita^^

WARNING!!!
Typo(s)
DON’T LIKE DON’T READ, ok?
Summary:
Truth or dare? Itu adalah sebuah permainan. Kalau kau memilih truth, itu artinya kau harus menjawab pertanyaanku dengan jujur. Tapi jika kau memilih dare, kau harus mengikuti segala perintahku / Yoona, Siwon, Sooyoung. Dan pemain lain sesuai jalan cerita^^
Note:
Judul sama Summary nggak nyambung sama cerita. Abis nggak jago bikin Summary sama Title. Wkwk.
.
Let’s Read!!



.
.
.
-Siwon POV-
Mulai hari ini aku benar-benar tidak akan berhubungan dengan Yoona lagi. Ah, pasti hariku akan sangat membosankan sekali. Kalau lima hari yang lalu aku masih bisa mendengar suaranya di pagi hari, meski aku tidak menjawabnya. Namun hari ini? Aku tidak mendengarnya sama sekali. Bodohnya aku, kenapa dulu aku hanya memberi tantangan satu bulan saja?
Hari ini di sekolah aku tidak melihat Yoona sama sekali. Tentu saja, dia tidak membolehkanku untuk mencarinya. Bahkan untuk datang ke kelasnya saja tidak boleh. Benar-benar keterlaluan.
***
Bell pulang sekolah berbunyi. Hari ini aku tidak membawa mobil ataupun motor. Tadi pagi Jessica yang mengantarku.
Entahlah, kenapa harus dia yang mengantarku. Aku tidak suka cara bergaulnya. Ya, aku tahu di Amerika memang pergaulannya seperti itu. Tapi tolong lah ini di Korea Selatan, bukan di negaramu. Tadi pagi saat aku berangkat sekolah, sebelum  aku memasuki sekolah, ia memelukku terlebih dahulu. Maksudnya itu apa? Aku tak mengerti.
Dan bodohnya kenapa aku mau menyetujuinya saat pulang sekolah ini ia juga yang menjemputku? Ah, aku benar-benar tidak menyukainya.
Jessica sudah menungguku di depan sekolah. Sebelum menuju Jessica, aku melihat Yoona bersama Sooyoung yang duduk di lobby sekolah. Aku benar-benar merindukan sosok gadis itu. Ingin sekali aku memeluknya, namun ini adalah tantangan, dan aku harus bisa melewati tantangan itu.
Aku melewati mereka tanpa menyapa sedikitpun. Aku benar-benar merindukan gadis itu. Gadis itu terlihat lebih kurus, pucat, dan lemas. Apa dia sakit?
Aku berjalan menuju Jessica, ketika aku datang ke arahnya, ia langsung memelukku. Aku tidak membalas pelukan itu, aku hanya terdiam menerima pelukan itu. Aku bodoh.
***
Hari ini aku masuk seperti biasa, hari ini aku ke sekolah menggunakan sepeda motor yang biasa ku bawa. Akhir-akhir ini aku jarang sekali ke sekolah menggunakan bus. Karna tidak ada yang menemaniku lagi, hehe. Yoona, apa kabarmu?
Sudah satu bulan lebih tiga minggu aku tidak mengetahui kabar Yoona. Apa dia baik-baik saja? Hah, tidak terasa minggu depan aku sudah bisa menjemputmu lagi, Yoona. Aku merindukanmu. Merindukan senyummu, merindukan saat-saat bersamamu.
Pelajaran pertama berjalan seperti biasa. Dan di jam pelajaran ke dua aku benar-benar tidak ada semangat untuk mengikuti pelajaran itu.
Aku melihat ke arah luar kelas. Disana aku melihat Sooyoung yang sedang lari terburu-buru. Wajahnya dipenuhi dengan raut wajah kepanikan. Perasaanku jadi tidak tenang. Ada apa?
Sooyoung berlari dengan membawa tas sekolahnya. Sebenarnya apa yang ia kejar? Mengapa wajahnya tampak panik seperti itu? Aku ingin bertanya, tapi bukankah aku tidak boleh berhubungan dengannya?
***
Malam hari tiba. Jujur saja sejak tadi siang aku benar-benar merasakan yang tidak enak. Ada apa sebenernya?
Drrt… Drrrt… handphoneku bergetar. Disana tertulis, “Sooyoung” aku segera mengangkat panggilan dari Sooyoung tersebut. “Hallo?”
“Hiks.. Siwon?” ucap Sooyoung. Dia menangis? Kenapa?
“Iya, ini aku. Ada apa Sooyoung? Kamu nangis?”
“Besok aku ingin bertemu denganmu..”
Bertemu denganku? Bukankah Yoona tidak mengizinkannya? “Tapi Yoona tidak mengizinkan aku—”
“Dia izinin kok. Besok kita ketemu di café dekat menara Seoul, jam sepuluh pagi bisa?”
“Baiklah, tapi kenapa kau menangis, Sooyoung?”
“Besok kau akan tau.. hiks..” ucapnya lagi yang diikuti dengan isakannya. Sebenarnya ada apa? Mengapa semua begitu membingungkan?
***
Sesuai janjiku dengan Sooyoung, aku datang ke café dekat menara Seoul. Sepertinya Sooyoung belum datang. Aku memutuskan untuk duduk di salah satu tempat duduk.
Aku menunggu Sooyoung yang dengan ditemani oleh satu cangkir cappuccino. Tak lama kemudian aku melihat tubuh Sooyoung yang tinggi dari jendela café. Aku melihatnya, matanya terlihat sembab. Dia menangis karena apa?
“Hai Siwon, apakabarmu?” tanya Sooyoung lemas.
“Baik, bagaimana dengan kau?”
Sooyoung menggeleng. “Aku tidak baik-baik saja.”
“Kau sakit?”
“Tak penting…” ucapnya. Sooyoung menghembuskan nafasnya, “Bacalah ini!” tambahnya dengan memberikan satu buah buku coklat. Di sampulnya bertuliskan Diary.
Aku membuka buku itu perlahan. Di halaman pertama, aku melihat fotoku, Yoona, dan Sooyoung. Iya, itu kami bertiga. Dan di bawah tulisan tersebut, terdapat tulisan, Best Friends. Aku tersenyum melihat tulisan Yoona. Ya, aku sudah hafal dengan tulisan Yoona.
“Baca mulai dari sini!” ucap Sooyoung seraya membuka beberapa halaman. Aku mulai membaca halaman tersebut.
Hai Diary, hari ini aku sudah mengatakan pada Siwon tantangan untuknya. Bagiku itu adalah tantangan yang memang harus ku katakan padanya. Bagaimanapun juga kita tak akan selamanya bersama-sama bukan? Suatu saat kita akan berpisah. Aku ingin mulai dari hari ini Siwon menyesuaikan dirinya.Ya, sebenarnya aku Cuma ingin melihatnya tak terlalu tergantung denganku. Tentu saja, aku tidak ingin melihatnya tersiksa saat aku pergi nanti.
Dia mengatakan bahwa aku adalah teman terjahat baginya. Namun aku tetap diam dengan olokannya itu. Dia tetap mengatakan semua hal negative tentangku. Aku menerimanya, karena itu semua memang benar. Dan aku berkata kalau aku mencintainya.
Dan kami berpisah dengan suasana yang tidak enak. Dia marah padaku.
Aku diam membeku membaca diary yang Yoona tulis itu. Apa maksudnya perkataan, “aku tidak ingin melihatnya tersiksa saat aku pergi nanti.” Yoona? Kau?
Aku membaca halaman selanjutnya,
Hai Diary…
Kemarin saat aku bermain ke sekolah sebentar. Aku melihat Siwon. Ia dijemput oleh seorang gadis. Bagiku gadis itu cantik. Ketika Siwon sudah dekat dengan gadis itu, gadis itu memeluk Siwon. Dan mereka memasuki mobil yang gadis itu bawa.
Aku bahagia ketika aku tahu Siwon memiliki sahabat baru. Atau bahkan mungkin gadis itu adalah kekasihnya? Hheu.. Mereka cocok. Siwon yang tampan, dan gadis itu yang cantik.
Siwon lewat di sebelahku yang sedang bersama Sooyoung. Tapi ia tak menyapaku sedikitpun. Oh iya, aku hampir lupa. Bukankah aku melarangnya untuk menyapaku?
Kekasih katamu? Yang benar saja. Mana mau aku mempunyai kekasih sepertinya? Aku membaca kembali halaman selanjutnya,
Diary…
Hari ini hari pertamaku menjalankan kemoterapi. Rasanya benar-benar tidak enak. Kalau bisa memilih, aku lebih memilih memakan ice cream daripada harus menjalankan kemoterapi, hehe.
Oh iya, kemoterapi pertamaku tanpa Siwon. Ya tentu saja, karena tantanganku untuknya masih berjalan tepat tiga minggu.
Ah aku lelah. Aku pusing. Besok lagi ya, aku bercerita padamu.
“Kemoterapi?” tanyaku pada Sooyoung.
Sooyoung menggeleng dan menunduk. “Dia sakit apa Sooyoung?” tanyaku lagi. Apa Yoona terkena penyakit parah? Yoona?
“Lanjutkan saja bacamu!” perintah Sooyoung. Aku mengikutinya,
Hai Diary…
Semakin lama aku bukannya merasa semakin merasa baik. Namun aku justru merasa tidak baik-baik. Apa ini pertanda buruk untukku? Tubuhku semakin lama juga semakin kurus. Apa ini pertanda buruk? Atau memang ini efek dari obat-obat kemoterapi?
Akhir-akhir ini aku jadi merasa lemas. Apa aku akan baik baik saja?
“Sooyoung! Dia sakit apa? Kemana dia sekarang?” 
Lagi-lagi Sooyoung menggelengkan kepalanya. Aku semakin bingung dengan sikap Sooyoung yang seperti ini. Jujur saja, aku berfikiran bahwa Yoona sekarang terkena penyakit yang parah, dan ia sudah tiada. Tapi aku segera menepiskan segala pikiran negative itu.
“Di bagian terakhir, ada surat untukmu.” Ucap Sooyoung padaku. Surat? Aku mencoba mencari surat itu. “Aku sempat melarangnya untuk menulis surat itu. Namun ia memaksa. Ia berkata, kalau ia takut tidak dapat bertemu denganmu lagi. Makanya ia menulis pesan terakhirnya untukmu.” Tambah Sooyoung.
Aku mencari surat yang Sooyoung maksud. Apa ini? Aku menemukan lembaran kertas. Disana aku melihat tetesan merah. Apa ini darahmu Yoon? Atau sekedar tinta?
Hai Siwon…
Apakabarmu? Kau akan selalu baik-baik saja kan?
Sooyoung bilang, kau sudah mempunyai teman baru ya? Dia bilang nama gadis itu Jessica? Jinjja? Dia cantik.
Meskipun kau mempunyai teman baru yang lebih cantik dariku, tolong jangan lupakan aku ya? Hohoho.
Siwon, kau tahu? Aku benar-benar merindukanmu.. Selama aku di rumah sakit, kau tak pernah menjengukku. Ya, itu karena tantanganku sih, hehehe.
Oh iya, kau tahu? Tadi malam aku bermimpi.. Kau datang padaku saat aku sedang tidur. Dan karena kau tidak ingin menggangguku, jadi kau tidak mau membangunkanku. Ah, kenapa kau tidak membangunkanku? Aku sangat merindukanmu..
Ingat-ingatlah terus perkataanmu. Bukankah dulu kau sering mengatakan bahwa aku adalah, Yoona idiot? Yoona bodoh? Yoodut, yang kepanjangannya adalah Yoona badut? Hahahaha. Aku jadi merindukan masa kecil kita.
Oh iya, kau sudah bisa menyesuaikan diri tanpaku kan? Ini salahku, seharusnya aku menyuruhmu untuk menjauhiku selamanya. Agar kau tidak tahu bahwa aku meninggalkanmu tanpa izin.
Ah sudahlah aku terlalu banyak cerita. Aku mencintaimu Choi Siwon……..
Your Yoodut,
Im Yoona.
Aku adalah seorang namja. Namja tak akan menangis. Namun memang menyedihkan. Aku tak mengerti apa maksud surat ini? Kemana Yoona?
“Ikut aku!” ucap Sooyoung dengan menarik tanganku. Aku sudah membayar cappuccino yang kupesan. Lalu aku berjalan dengan berlari kecil mengikuti tangan Sooyoung. Ia membawaku ke dalam mobilnya. Dan ia menjalankan mobilnya. Apa yang akan dia lakukan?
Aku mengusap wajahku. Aku mengacak-acak rambutku. Apa yang terjadi?
“Kita sudah sampai.” Ucap Sooyoung dengan berhenti di depan pintu kuburan. Sooyoung mengajakku untuk turun dari mobil. Ia berjalan menuju kuburan yang masih terhias beberapa bunga. Di batu nisan tersebut tertulis nama Im Yoona disana.
Benar. Namja memang tak boleh menangis. Namun begitu aku melihat namanya disana, aku tertawa getir, “Hheu.. lelucon apa ini?”
“Sooyoung, katakan ini lelucon apa?!” Aku membentak Sooyoung saat ia tak menjawab pertanyaan dariku.
Sooyoung menangis di sampingku. Akupun menangis. Menangis sejadi-jadinya. Yoona kau berhasil. Kali ini kau berhasil membuatku benar-benar menangis.
Dia terkena penyakit kanker otak.. Sebenarnya sejak sehari sebelum kau menjemputnya di Busan, dia sudah tau kalau ia mempunyai penyakit itu. Makanya ia memberi tantangan seperti itu. Ia takut kau tidak dapat menyesuaikan diri saat dia sudah tak ada di sisimu..” ucap Sooyoung yang ditemani dengan isakannya.
“Kau tahu? Saat kemoterapi pertamanya, ia sangat mengharapkan kedatanganmu. Tapi semua orang tahu itu mustahil, karena ia sudah melarangmu untuk menemuinya. Seringkali ia menyesal telah memberikan tantangan itu padamu. Tapi ia selalu berkata, “Ini demi kebahagiaannya nanti..”. Ia selalu berkata seperti itu.”
Aku menangis dengan mendengar pernyataan Sooyoung. “Dia sering mengatakan padaku kalau dia mencintaimu. Mencintaimu lebih dari sahabat. Ia ingin menjadi kekasihmu. Tapi itu begitu mustahil untuknya. Ia selalu merasa umurnya tak lama lagi.”
Perkataan Sooyoung begitu menyayat hatiku. Aku benar-benar menangis. Aku juga mencintaimu, Yoona. Bahkan aku sangat mencintaimu.
“Kemarin pagi tepatnya saat aku baru sampai sekolah, orang tua Yoona berkata padaku kalau Yoona merasa tidak enak. Aku segera menuju rumah sakit. Saat itu aku yakin ia akan sembuh. Karena yang ku kenal, Yoona adalah orang yang kuat.”
Sooyoung berhenti bercerita, ia menangis sejadi-jadinya. “….tapi ternyata dugaan aku salah. Dia meninggal tepat sepuluh menit setelah aku datang. Ia tersenyum, dan memberikan buku diarynya itu untukmu. Dia berkata, “Ini buat Siwon, katakan padanya kalau aku mencintainya.” Itu ucapan terakhirnya, sebelum dia pergi..”
Yoona mencintaiku? Apa itu benar? Yoona, mengapa kau tak cerita padaku? Dan mengapa kau malah menyuruhku untuk menjauhimu?

“Ya… Dia mencintaimu..” tambah Sooyoung.
-END-

You May Also Like

1 Comment

  1. Ceritanya bagus meskipun berakhir menyesakkan. Tulis FF Siwon Yoona lainnya dong de'. Thanks

    ReplyDelete