­

Truth Or Dare (Chapter 4)


Cast:
Yoona
Siwon
Sooyoung
Dan pemain lain sesuai jalan cerita^^

WARNING!!!
Typo(s)
DON’T LIKE DON’T READ, ok?
Summary:
Truth or dare? Itu adalah sebuah permainan. Kalau kau memilih truth, itu artinya kau harus menjawab pertanyaanku dengan jujur. Tapi jika kau memilih dare, kau harus mengikuti segala perintahku / Yoona, Siwon, Sooyoung. Dan pemain lain sesuai jalan cerita^^
Note:
Judul sama Summary nggak nyambung sama cerita. Abis nggak jago bikin Summary sama Title. Wkwk.
.
Let’s Read!!



.
.
.
-Yoona POV-
Pagi ini aku ditemani dengan mataku yang sembab. Aku baru sadar kalau aku menangis semalaman. Dan tugas-tugasku jadi terbengkalai. “Ah, aku hampir lupa untuk mengucapkan selamat pagi pada Siwon.” Ucapku. Lalu aku segera mengambil handphoneku.
“Hallo…” kali ini suara Siwon lebih hidup dari biasanya. Sepertinya ia sudah bangun sejak tadi.
“Hallo, selamat pagi Siwon. Jangan lupa mandi, dan jangan lupa sarapan ya?”
“Yoona, kau kenapa? Kau baik-baik saja kan?” tanyanya. Apa mungkin suaraku terdengar lemas?
Baik-baik saja? Ah, aku sedang tidak baik-baik saja. “Ya. Baiklah aku harus bersiap-siap ke sekolah dulu.” Ucapku dengan cepat sebelum ia bertanya tentang keadaanku lagi.
“Yoona!” tahannya membuatku enggan menutup pembicaraan.
“Ne?”
“Mian, nanti aku tidak dapat menjemputmu. Aku harus menjemput anak teman eommaku di bandara.”
“Ah tak apa..”
“Benar tak apa?”
“Iya, Siwon… Aku akan baik-baik saja.”
“Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan ne?”
“Ya. Kau juga.”
Setelah aku menelpon Siwon, aku segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Aku merasa ada yang mengganjal. Aku akan baik-baik saja meski tak bersama Siwon kan?
***
Aku berjalan keluar dari rumahku. Udara pagi cukup mendukung. Cahaya matahari pun terlihat cerah. Aku berjalan dengan pandangan kosong. Aku tak punya tujuan hidup. Buat apa? Toh sebentar lagi aku juga akan mati.
Aku berangkat sekolah sendirian. Sudah sejak bangun tidur tadi kepalaku terasa sangat pusing. Entah ini efek aku yang menangis semalaman atau karena penyakit itu. Yang jelas saat ini aku sedang merasa pusing yang amat sangat.
Saat ini pandanganku sangat buram, aku tak tahu kenapa. Akupun sudah berjalan sempoyongan layaknya orang yang sedang mabuk. Ah, aku kenapa? Rasanya pusing sekali. Aku baik-baik saja kan?
  Sampai akhirnya pandanganku terlihat hitam. Hal yang terakhir aku lihat adalah terdapat seorang namja yang menggotongku.
***
“Kau siapa?” tanyaku dengan memijat pelipis mataku. Kepalaku masih sedikit terasa pusing. “Aku dimana?” tanyaku lagi saat aku mulai merasa asing dengan sofa yang aku tiduri ini.
Lelaki itu datang mendekatiku. “Oh kau sudah sadar? Tadi aku melihatmu pingsan, maka dari itu aku membawamu kesini. Ini rumahku.” Jawab namja itu.
Aku bangun dari tidurku. Aku melihat jam di tanganku. Sudah pukul delapan pagi. “Mwo?” Aku berlari dengan segera meninggalkan sofa. Namja itu melihatku kebingungan.
“Apa yang kau cari?”
“Pintu keluar dimana? Aku harus sekolah…”
“Apa kau yakin kau sudah baik-baik saja? Wajahmu terlihat sangat pucat.”
“Ya, aku baik-baik saja. Dan aku harus sekolah.” Jawabku dengan nada yang meninggi. Saat aku melihat raut wajahnya yang berubah, “Ups, maaf…” ucapku dengan menutup mulutku. “Apa aku boleh tahu dimana pintu keluarnya? Aku harus sekolah..”
Namja itu tersenyum kecil. “Bagaimana kalau aku antar? Aku tidak yakin, kau sudah baik-baik saja.” Ucap namja itu.
Aku berfikir sebentar. Kalau aku menolak ajakannya, apa ia tersinggung? Bagaimanapun juga kan dia yang menolongku tadi. “Hng, baiklah…”
“Baiklah kalau begitu, ayo aku antar!”
-Yoona POV end-
***
-Siwon POV-
Sepertinya hari ini aku terlambat lima menit. Tapi mengapa suasana sekolah masih saja ramai? Aku memasuki sekolah. Oh, sepertinya sedang ada rapat guru.
Oh iya, bagaimana dengan Yoona? Apa ia sudah datang? “Sooyoung!” sapaku saat melihat Sooyoung sedang duduk gelisah di depan kelasnya.
“Siwon? Kau tak bersama Yoona?” tanyanya. Memangnya Yoona belum datang?
“Tidak. Memangnya dia belum datang?” tanyaku padanya, aku mencoba melihat ke dalam kelasnya. Nihil. Tak ada Yoona disana.
Aku mengusap wajahku. Kemana dia? Ini salahku. Sampai saat ini ia belum datang juga. Apa ada sesuatu yang terjadi padanya? Argh, aku benar-benar tidak bisa tenang.
“Aku bodoh!”
Sooyoung melihat ke arahku. “Maksudmu?”
“Seharusnya hari ini aku berangkat bersamanya. Tapi karena aku harus menjemput anak teman eommaku, aku malah meninggalkannya. Aku bodoh!”
Sooyoung mengerutkan dahinya, dan ia menggeleng ke arahku.
***
“Siwon cepat ikut aku ke depan gerbang sekolah. Yoona ada disana sekarang!” ucap Sooyoung dengan panik. Namun wajahnya tak segelisah tadi. Akhirnya aku dan Sooyoung berlari menuju depan sekolah.
Disana aku melihat Yoona diantar oleh seorang namja menggunakan motor sporty berwarna merah. Sepertinya aku asing dengan namja itu. Dan dari cara melihat namja itu sepertinya dia menyukai Yoona.
Cara jalan Yoona terlihat lemas sekali. Wajahnya juga terlihat pucat. Sooyoung segera berlari menuju Yoona. Begitu pula denganku. “Yoona, apa kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat sekali. Kau baik-baik saja kan?” tanyaku yang khawatir atas keadaannya itu.
“Ya.” Singkat Yoona.
Aku hanya menghembuskan nafasku. “Mengapa kau terlambat? Kau sakit?” Tanyaku lagi.
“Tidak.” Singkat Yoona lagi.
Apa dia marah padaku karena tidak menjemputnya? “Yoona, kau marah padaku?”
“Tidak.” Lagi-lagi Yoona menjawabku dengan singkat. Sooyoung hanya melihat tingkah Yoona dengan menggelengkan kepalanya. Sesekali ia melihat ke arahku dengan mengerutkan dahinya, namun aku hanya mengangkat bahu tanda tak mengerti.
“Dia siapa?” tanyaku lagi.
“Harus aku memberitahukan padamu?” akhirnya Yoona tidak menjawab satu kata lagi. Meskipun jawabannya kali ini dengan nada yang ketus.
“Aku ingin tahu, dia siapa?”
“Begitu?” tanyanya lagi dengan ketus. “Dia orang yang menolongku tadi saat aku ping—” ucapnya berhenti. “…maksudku saat aku di jalan.”
“Memangnya kau kenapa? Mengapa dia menolongmu?”
“Apa aku harus melaporkan segalanya padamu?” tanyanya lagi dengan ketus. Membuatku diam seribu bahasa. Aku tak mengerti apa yang membuatnya seperti ini. Apa benar ia marah?
“Yoona, maafkan aku kalau tadi aku tidak bisa menjemputmu. Aku benar-benar tidak bisa. Marah saja padaku sekarang, tapi jangan ketus seperti ini… Aku benar-benar tidak nyaman.” Ucapku yang aku sendiri tak mengerti maksudnya apa.
Yoona menatapku. Dan itu membuat jantungku kembali berdebar. “Aku masih tetap hidupkan meski kau tidak menjemputku? Lalu untuk apa aku marah? Aku tidak marah, idiot!” meskipun jawabannya kali ini cukup panjang. Dan aku percaya kalau ia memang tidak marah, karena ia telah memanggilku dengan sebutan “idiot”. Mungkin saat ini ia sedang badmood.
-Siwon POV end-
***
-Yoona POV-
Fiuh… Tiga minggu sudah aku rutin mengucapkan selamat pagi pada Siwon. Dan aku bersyukur sampai saat ini aku masih hidup dan dapat mengucapkan selamat pagi untuknya.
Oh iya, omong-omong mengingat masalah tantangan, aku belum membuat tantangan apapun padanya. Drrt… drrt… drrrt… handphoneku bergetar. Disana tertulis rumah sakit sedang menghubungiku. Jujur saja, jika rumah sakit mulai menghubungiku, aku langsung diam membeku.  Aku sangat merasa takut sesuatu hal terjadi padaku. Aku sangat merasa gelisah.
“Hallo…” sapaku menjawab telepon dari rumah sakit tersebut.
“Hallo, selamat sore Yoona-sshi… Leeteuk uisanim menyarankan agar anda ke rumah sakit sekarang. Apa menyita waktu anda?”
“Sekarang?” tanyaku dengan melihat jam dinding. Masih pukul lima sore. Sepertinya aku memang harus ke rumah sakit. “Baiklah… Saya akan segera kesana.”
“Baiklah, selamat sore Yoona-sshi..”
“Ne, selamat sore..”
***
“Ne, Yoona-sshi.. Kau harus dirawat, agar kami dapat memantau kesehatanmu..”
“Tapi saya tidak bisa sekarang juga untuk dirawat. Masih banyak urusan yang harus saya kerjakan, bagaimana kalau mulai minggu depan?”
“Apa itu tidak terlalu lama? Saya khawatir penyakit anda akan semakin parah..” ucap Leeteuk uisanim dengan raut wajah iba.
“Hm, bagaimana kalau mulai besok lusa?”
“Besok lusa? Baiklah,”
“Baiklah kalau begitu, saya kembali pulang dulu uisanim. Gamsahamnida.” Ucapku dengan berdiri dari tempat duduk dan sedikit membungkuk pada Leeteuk uisanim. Leeteuk uisanim membalasnya.

-Yoona POV end-

You May Also Like

0 Comment